Langsung ke konten utama

Suratku Untuk-Mu

Gambar di unduh dari internet

Suratku untuk Tuhan. Aku ingin mengadu. Tuhan, aku tau semua rencana-Mu adalah yang terbaik untukku. Aku tau semua ini adalah takdir-Mu untukku. Dan aku tau ini bagian dari rencana-Mu untuk menjadikanku umat-Mu yang lebih baik.

Tuhan, sebelum ini aku pernah marah pada-Mu, pernah kecewa pada-Mu. Dan bahkan pernah menjauhi-Mu karena aku terlanjur kecewa. Ya, aku benar-benar kecewa. Aku merasa Tuhan tidak adil kepadaku. Aku merasa Tuhan jahat padaku. Kenapa harus aku? Pertanyaan itu selalu yang ada di benakku.

Vonis dokter akan sakitku benar-benar membuatku seperti tersambar petir di siang hari. Sakit yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Membayangkan saja aku begitu takut. Aku berharap semua itu mimpi buruk. Aku ingin bangun dari mimpi burukku. Aku ingin saat bangun ternyata semua baik-baik saja.

Tapi ternyata itu semua bukan mimpi. Ini takdirku. Aku tak tau kapan Engkau akan mengambilku, kembali ke pangkuan-Mu. Andai saja aku bisa mengintip sedikit catatan takdir-Mu atasku. Akan kubeli berapa pun itu. Tapi itu tak mungkin. Catatan-Mu adalah rahasia-Mu. Hanya saja, bolehkah aku meminta sedikit lebih banyak waktu untukku? Beri aku lebih banyak waktu agar aku bisa membahagiakan orang-orang di sekelilingku terlebih dahulu.

Tuhan, aku takut. Ya, benar-benar takut. Aku tak takut kembali pada-Mu, karena memang aku milik-Mu dan kapan saja Engkau berhak mengambilku dari dunia ini. Tapi aku takut atas dosaku Tuhan, aku malu. Aku malu pada-Mu. Bisakah Engkau memberiku waktu untuk aku berubah menjadi lebih baik sebelum aku kembali pada-Mu? Aku mau menjadi umat-Mu yang berbahagia saat aku mengahadap-Mu.
Tidak banyak orang yang tau akan aku dan penyakitku. Aku tak mau membagi kesedihan dengan orang-orang. Terlebih kepada orang-orang yang aku sayang. Bersikap seperti aku baik-baik saja. Itu membuat aku lebih merasa diterima di dunia ini. Aku selalu tertawa, aku selalu tersenyum, tapi kadang hati ini menangis. Menangis meratapi takdir. Lama aku terpuruk dan jatuh, dan tak ada yang membantuku berdiri. Hanya Engkau yang sedikit demi sedikit membuatku percaya akan keajaiban-Mu. Aku percaya Engkau akan membuat semua ini menjadi lebih indah. Dari situlah aku menyadari bahwa ini adalah jalan-Mu untukku. Dan jalan ini harus aku lewati. Jalan inilah yang akan mendewasakanku. Cara-Mu mendewasakanku benar-benar sempurna Tuhan.

Aku sadar aku sangat jauh dari-Mu sebelum aku mengetahui hal ini. Aku melupakan-Mu. Dan mungkin juga ini adalah cara-Mu menjadikanku menjadi umat-Mu yang ingat dan taat pada-Mu. Ya, dan aku juga menyadari ini. Mungkin lewat penyakit ini Engkau menegurku. Tuhan ternyata sayang padaku, dan aku menerima penyakitku sebagai anugerah-Mu. 

Dan sekarang aku sudah mulai bisa menerima semua ini. Aku mulai kembali menikmati hidup. Dan aku jadi lebih dekat dengan-Mu. Aku bahagia dengan semua ini. Tidak ada gunanya menyesali takdir, toh aku yakin ini yang terbaik untukku. Tuhan Maha Adil, dan aku percaya. Tuhan, terima kasih atas anugerah-Mu untukku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jobfair Bagi Orang Awam

Kamis, 27 Oktober 2011, 08.16 WIB Ini sudah hari keberapa semenjak saya selesai wisuda ya? Lupa. Sepertinya baru saja. Tapi berasa lama banget kenapa ya. Kemarin Rabu, 26 Oktober 2011, abis dari jobfair di daerah Semarang. Berhubung masih orang awam dalam dunia per-jobfair-an, masih belum ngerti apa-apa tentang jobfair. Jadi jobseeker benar-benar campuraduk rasanya. Kalo tau betapa susahnya cari kerja, pengennya kuliah lagi. Hahaha.   Search di internet saya nemu artikelnya  Komunitas Pecinta Damai Tentang tips mengikuti jobfair, saya baca sih kemarin saya baru ada di beberapa poin aja. Chekidot deh! Miliki strategi yang spesifik untuk memaksimalkan waktu Anda di acara tersebut. Jangan habiskan waktu Anda dengan perusahaan yang tidak menarik minat Anda. Lakukan registrasi sebelumnya untuk job fair itu, agar Anda bisa memperoleh list nama perusahaan yang ikut serta dalam pameran. Jangan menghilangkan list perusahaan hanya karena mereka merekrut bidang pekerjaan ...

Apakah ini Seimbang?

Terlahir di dunia, merasakan manis dan pahitnya kehidupan, adalah suatu jalan. Jalan menuju kedewasaan. Memulai perjalanan sebagai seseorang yang suci. Merangkak menjadi insan yang mulai mengerti kehidupan. Berdiri mengenal dunia, berjalan merasakan hidup,   dan berlari mengejar mimpi. Semua akan berakhir saat raga sudah tidak bisa merasakan nafas dunia. Dimulai dengan diperhatikan, kemudian memperhatikan, dan berhenti saat dilupakan. Saat berlari, rasa lelah yang menggelayut datang. Pernahkan berpikir untuk beristirahat sejenak dan memandang ke sekeliling? Hidup bukan hanya mengejar mimpi, hidup adalah berbagi. Apakah hidup hanya mengejar mimpi akan mendewasakan seseorang? Ada kalanya saat kita diperhatikan, memperhatikan, dan dilupakan. Ya, itulah hidup. Saat diperhatikan, pernahkah berpikir bahwa orang yang memperhatikan juga butuh diperhatikan? Realitanya, selalu tidak seimbang. Puncaknya adalah dilupakan. Dan setelah itu, hanya penyesalan yang...

aku, kamu, dia, kita, kalian, dan mereka

gambar diunduh dari internet aku dan kamu. berdua sudah berkomitmen bersama, memutuskan untuk bersama-sama sampai waktu yang ditunggu tiba. Entah kapan hari itu tiba, dan entah apakah kita bisa sampai ke saat-saat itu. Selalu berharap selalu bersama dan saling berbagi hati. kamu dan dia. saat dia hadir, kamu mengkhianati aku. Kamu berbagi hati dengannya. Bermain api di belakangku, tanpa pernah memperdulikan sedikitpun hatiku. Sakit dan kecewa, habis tak bersisa lagi hatiku untukmu. Hanya karena dia, kamu tega mempermainkan dan menyakitiku. Apapun alasannya, tetap saya tidak bisa terima. Karena kita sudah berkomitmen sebelumnya. kita dan kalian. saat kau aku minta memilih, ternyata kau lebih memilih mempertahankan hubungan kita daripada hubungan kalian. Tapi jujur dalam hati, aku masih merasa ngga nyaman sama hubungan kita yang sekarang setelah tau kalian bermain dibelakangku. mereka. orang-orang yang terlalu mencampuri urusan aku, kamu, dan dia. Sedikit heran bercampur geli sebe...